DUA petak kebun anggrek di Desa Tapakrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar milik Abdul Rahman, 34, siang itu agak ramai ketimbang biasanya. Selain ada lima orang yang sehari-hari membantu Abdul Rahman mengurus kebun, tampak dua wanita paruh baya dan seorang wanita muda yang menggandeng putrinya, berkeliling sambil mengamati tanaman anggrek dari satu petak ke petak lainnya.
Salah seorang wanita paruh baya yang ternyata istri seorang pengusaha di Ngunut Tulungagung itu tampak sekali berminat memiliki anggrek `raksasa` di kebun Abdul Rahman. Terlebih saat melewati puluhan `giant orchid` bernama Grammatophyllum speciosum atau lebih akrab di telinga kita dengan sebutan anggrek tebu. Apalagi, di antara anggrek tebu itu sudah keluar beberapa tunas bunga, malah ada yang sudah berbunga.
Ungkapan pujian pun seakan mengalir dari bibir-bibir para wanita yang siang itu seakan tidak mempedulikan keringat di wajahnya. Tidak hanya sekadar memuji, mereka juga menanyakan harga anggrek-anggrek tebu yang dianggap paling eksotis. Dan, harga yang disepakati antara Pak Dul, demikian para wanita itu menyapa, dengan pecinta tanaman hias itu berkisar antara Rp 4 juta-Rp 7 juta per pot. Ada empat pot besar anggrek tebu yang kemudian diangkut dengan truk untuk diboyong ke Ngunut.
Tidak hanya anggrek tebu, para wanita itu juga memborong beberapa anggrek macan (Grammatophylum scriptum) dan jenis anggrek lainnya. Total uang yang keluar dari kocek istri pengusaha itu hampir mencapai Rp 30 juta.
Pengakuan Abdul Rahman, memang tidak setiap hari ada pecinta anggrek yang datang ke kebunnya. Namun yang pasti, meski lokasi kebunnya jauh dari keramaian (sekitar 6 Km dari Jalan Raya Kesamben), tiap minggu pasti ada saja yang berminat membeli anggrek, baik datang langsung atau pesan melalui telepon.
Di kalangan pecinta anggrek, laki-laki asli Madura kelahiran Sampang itu dikenal sebagai penangkar anggrek spesies, di antaranya Grammatophyllum speciosum, Grammatophylum scriptum, Grammatophylum papuanum, Phalaenopsis amboinensis, Phalaenopsis gigantea, Phalaenopsis violaceae dan Dendrobium lasienthera. Anggrek tangkaran Abdul Rahman yang lebih dikenal orang adalah Grammatophyllum speciosum dan Grammatophylum scriptum. Di antara keduanya yang lebih banyak ditangkarkan Abdul Rahman adalah Grammatophylum scriptum. Saking banyaknya hasil tangkaran anggrek macan, suami Anik Sunarmi itu kerap dijuluki Pak Dul Macan.
Penggemar anggrek yang datang ke kebun Abdul Rahman tidak hanya dari Blitar dan sekitarnya. Banyak di antaranya yang datang dari Bali, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta. ”Kami hanya melayani pasar lokal,” jelas Abdul Rahman, saat reporter Majapahit Garden berkunjung ke kebunnya beberawa waktu lalu.
Grammatophyllum speciosum dan Grammatophylum papuanum termasuk tanaman langka yang dilindungi pemerintah dari kepunahan. Namun Abdul Rahman bisa melakukan penangkaran baik melalui biji maupun pemisahan (split) karena sudah memegang izin dari pemerintah pusat. Izin itu tertuang dalam surat Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No 151/IV-set/HO/2006 tanggal 15 Agustus 2006 tentang Izin usaha penangkaran anggrek yang dilindungi UU kepada UD Anita Orchid milik Abdul Rahman.
Menurut Abdul Rahman, anggrek spesies yang dia tangkarkan berasal dari hutan-hutan baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa, seperti Flores, Kalimantan, Sumatera dan Papua. Tanaman yang dia lepas ke pembeli biasanya yang remaja sampai yang sudah berbunga. Harganya mulai Rp 50.000 sampai jutaan rupiah. Sedang yang masih anakan dalam botol maupun yang sudah ditanam di gelas-gelas air mineral, jarang sekali dia jual.
Selain sekitar 200 jenis anggrek spesies, Abdul Rahman juga menangkarkan anggrek hibrida untuk memenuhi permintaan pasar. Harga anggrek hibrid ini berkisar mulai Rp 5.000 sampai Rp 50.000.
Abdul Rahman enggan membeber kekayaan maupun penghasilan sebagai penangkar sekaligus penjual anggrek hasil tangkarannya tersebut. ”Yang jelas, selain rumah, kami punya kebun anggrek dan dua mobil. Kami juga mempekerjakan lima orang yang masing-masing digaji bersih Rp 600.000 per bulan. Kadang masih dibantu beberapa orang lagi dengan status tidak tetap,” ujarnya.
Abdul Rahman tidak ingin usahanya yang mulai menanjak ini dia nikmati bersama keluarganya saja. Saat ini dia sudah merintis kelompok tani pembudidaya anggrek di Desa Tapakrejo. Dia berharap, dengan dibentuknya kelompok tani ini masyarakat Tapakrejo bisa diberdayakan dalam budidaya tanaman anggrek. (*)
Tanaman anggrek yang dilindungi
01. Ascocentrum miniatum - Anggrek kebutan
02. Coelogyne pandurata - Anggrek hitan
03. Corybas fornicatus - Anggrek koribas
04. Cymbidium hartinahianum - Anggrek hartinah
05. Dendrobium catinecloesum - Anggrek karawai
06. Dendrobium d’albertisii - Anggrek albert
07. Dendrobium lasianthera - Anggrek stuberi
08. Dendrobium macrophyllum - Anggrek jamrud
09. Dendrobium ostrinoglossum - Anggrek karawai
10. Dendrobium phalaenopsis - Anggrek larat
11. Grammatophyllum papuanum - Anggrek raksasa Irian
12. Grammatophyllum speciosum - Anggrek tebu
13. Macodes petola - Anggrek ki aksara
14. Paphiopedilum chamberlainianum - Anggrek kasut kumis
15. Paphiopedilum glaucophyllum - Anggrek kasut berbulu
16. Paphiopedilum praestans - Anggrek kasut pita
17. Paraphalaenopsis denevei - Anggrek bulan bintang
18. Paraphalaenopsis laycockii - Anggrek bulan Kalteng
19. Paraphalaenopsis serpentilingua - Anggrek bulan Kalbar
20. Phalaenopsis amboinensis - Anggrek bulan Ambon
21. Phalaenopsis gigantea - Anggrek bulan raksasa
22. Phalaenopsis sumatrana - Anggrek bulan Sumatera
23. Phalaenopsis violacose - Anggrek kelip
24. Renanthera matutina - Anggrek jingga
25. Spathoglottis zurea - Anggrek sendok
26. Vanda celebica - Vanda mungil Minahasa
27. Vanda hookeriana - Vanda pensil
28. Vanda pumila - Vanda mini
29. Vanda sumatrana - Vanda Sumatera
Sumber: PP No 7 Tahun 1999

Anggrek bulan koleksi awal Pak DulSEKITAR sepuluh tahun lalu, Abdul Rahman pulang ke rumahnya di Tapakrejo setelah mengunjungi alas (hutan) Jolosutro di kawasan Blitar Selatan. Dengan wajah ceria, dia memperlihatkan satu kresek (tas plastik) berisi tanaman anggrek Amabilis kepada istrinya, Anik Sunarmi. Wajah sang istri yang memang menunggu kedatangan suaminya, terlihat kesal.
”Sampeyan ini gimana sih. Wong diberi uang Rp 150.000 untuk kulakan burung, kok dibelikan rumput,” kata Anik.
”Lho, tanaman inilah yang bisa membuat kita kaya. Lihat saja nanti,” timpal Abdul Rahman, sambil berusaha meyakinkan istrinya.
Tentu saja Anik tidak langsung percaya. Dia mengaku sudah capek setelah bermacam bisnis yang dia lakukan bersama suaminya selalu berakhir dengan kebangkrutan. Mulai usaha membuka toko, budidaya bawang merah dan bawang putih, membuat home industry sepatu sandal sampai yang terakhir berjualan burung aduan.
Seperti budidaya bawang merah dan bawang putih misalnya, Abdul Rahman dan isrinya sudah mengeluarkan biaya sekitar Rp 13 juta. Namun apa yang terjadi, saat itu ternyata musim tidak berpihak kepadanya. Bawang merah dan putih yang mereka tanam rusak disapu angin. Yang masih bisa diselamatkan, hanya laku dijual Rp 600.000.
Bisnis membuka toko bermacam kebutuhan sehari-hari dan bahan bangunan di rumahnya juga tidak semulus yang mereka bayangkan. Sebab uangnya banyak yang nyantol di para pengutang sampai puluhan juta rupiah.
”Itu sebagian pengalaman kami untuk memenuhi eknomi keluarga. Ya, saat itu wong kami sudah miskin dan uang tinggal Rp 150.000, eh, ternyata dibelikan rumput,” kenang Anik.
Akhirnya, Abdul Rahman pergi ke Surabaya sambil membawa tanaman `rumput` anggrek Amabilis. Dia mendatangi kenalannya di kawasan Ampel Gading Surabaya yang dikenal pecinta anggrek. Kenalannya tersebut ternyata mau membeli anggrek Amabilis antara Rp 3.000-Rp 3.500 per tanaman. Malah, pecinta anggrek yang juga berbisnis anggrek tersebut juga sanggup menampung berapa pun anggrek dari Abdul Rahman.
Setelah dia memberi penjelasan, istrinya akhirnya bisa diyakinkan dan malah tertarik untuk berbisnis tanaman anggrek. Saat itu keduanya lantas mencari modal dan menjadi pengepul anggrek dari para pencari anggrek hutan. Dia membeli Rp 1.000-Rp 1.500 per tanaman.
Oleh karena tanaman anggrek yang dikumpulkan Abdul Rahman dari para pencari kelewat banyak, kenalannya yang di Surabaya tidak mampu menampung. Namun mitra bisnisnya tersebut tetap sanggup akan membeli anggrek yang dikumpulkan Abdul Rahman. Hanya, Abdul Rahman diminta menampung anggrek-anggrek hutan itu di rumahnya sambil menunggu permintaan Surabaya.
”Kami diminta membuat tempat perawatan anggrek sementara di rumah ini. Akhirnya keterusan, kami tidak hanya merawat, tapi mulai saat itu kami juga belajar membudidayakan bermacan jenis anggrek,” tutur Anik.
Dalam perjalanan usahanya, pasangan Abdul Rahman-Anik Sunarmi membuka stan anggrek dan tanaman hias lainnya di dekat portal barat kawasan wisata Selorejo. Hanya, saat ini stan anggrek tersebut hampir tidak pernah dijaga keduanya karena lebih sibuk mengurus penangkaran anggrek baik di kebun maupun di rumah. (bk)
Anggrek Macan Nyeleneh

Abdul Rahman mengaku tidak tahu, mengapa daun salah satu anggrek macan miliknya lain ketimbang yang lain. ”Ini varigata anggrek macan. Mungkin ini karena Tuhan cinta dengan saya yang menangkarkan anggrek langka,” katanya, sambil tertawa.
Biasanya, anggrek sejenis yang besarnya sama dengan koleksnya tersebut, dia menjual dengan harga Rp 150.000 per pot. Khusus varidata anggrek macan ini dia tidak akan melepasnya, meski dengan harga Rp 3 juta.
”Kalau sudah sekonyong koter (cinta setengah mati), saya tidak akan menjualnya dengan harga berapa pun,” tambahnya.
Keberhasilan Abdul Rahman menangkarkan anggrek spesies ini juga mengundang perhatian pejabat pemerintahan di Jakarta. Beberapa pejabat setingkat menteri maupun pejabat di bawahnya malah sudah mengunjungi kebun anggrek Abdul Rahman di Desa Tapakrejo, Kesamben. (bk)
Salah Menyiram, Tunas Anakan Membusuk
TIDAK ada salahnya berhati-hati saat menyiram di rumpun anggrek Anda. Penyiraman yang kurang hati-hati dapat menyebabkan pembusukan pada tunas anakan. Tunas anakan anggrek, khususnya pada golongan dendrobium saat tumbuh akan membentuk kuncup daun yang menyerupai mahkota pada bagian atasnya. Kuncup yang menyerupai mahkota ini tak lain adalah ujung-ujung daun muda yang belum membuka sempurna dan posisi ujung daun tegak ke atas dengan membentuk suatu cekungan/rongga sempit di bagian tengahnya, persis menyerupai mahkota.
Tunas anakan yang membentuk kuncup mahkota ini sangat perlu diperhatikan secara ekstra saat penyiraman. Air siraman dapat jatuh di tengah kuncup mahkota dan tertampung sehingga membentuk genangan di ujung tunas. Apabila didalam genangan ini terdapat spora jamur, maka sel-sel ujung tunas dan pangkal kuncup daun akan sangat mudah terinfeksi.
Adanya air/kelembaban tinggi akan membantu berkecambahnya spora jamur. Tak lama kemudian spora jamur akan melakukan penetrasi dengan menembus dinding sel jaringan meristem dari ujung tunas. Ujung tunas dan kuncup daun merupakan jaringan meristem yang masih muda dan aktif membelah. Ciri dari sel meristem adalah dinding selnya yang belum mengalami penebalan sempurna. Keadaan ini menjadi sangat rentan apabila terinfeksi benih jamur atau bakteri. Di dalam sel tanaman, sel jamur atau bakteri akan merombak materi sel dan dinding sel menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana untuk memperoleh energi sekaligus sebagai materi perkembangbiakan.
Saat ujung tunas mengalami pembusukan, maka daerah infeksi menjalar menuju ke pangkal kuncup daun yang berhubungan langsung dengan ujung tunas. Pada tahap ini akan tampak, ujung daun muda menjadi kekuningan pucat, dan saat ditarik perlahan akan dengan mudah terlepas.
Pada bagian pangkal tampak cokelat lunak dan sedikit berlendir. Untuk mencegah penyebaran penyakit ke bagian tanaman yang lain, umumnya tanaman memiliki mekanisme tersendiri untuk menghambat jaringan pengangkut dengan semacam metabolit sekunder. Hal ini supaya saluran dari tunas anakan menuju bulb dewasa terhenti. Setelah pembuluh tersumbat oleh metabolit sekunder, maka aliran makanan untuk tunas anakan yang sekarat pun terhambat, sehingga dengan segera akan mati dan mengering.
Saat tunas anakan mengering, diharapkan sumber infeksi turut terisolasi pada jaringan mati tersebut. Ujung tunas yang telah rusak tidak dapat tumbuh lagi, sehingga tanaman dewasa akan menumbuhkan tunas anakan dari mata tunas lainnya. Akan tetapi untuk lebih amannya, segeralah potong tunas anakan yang terinfeksi pada pangkal bulb yang bersambungan langsung dengan bulb dewasa dengan alat potong yang sudah diolesi spiritus/alkohol 70-90 persen, fungisida atau dibakar pada bagian tajamnya. Setelah dipotong, bagian potongan diolesi spiritus/alkohol/fungisida kemudian dibiarkan di tempat yang kering berangin. (bk/*)
0 komentar:
Posting Komentar